Sabtu, 30 Agustus 2008

Yang Muda, Yang Memimpin

Sumber Opini Radar Surabaya, 19 Agustus 2008

Sudah satu dekade pemerintahan reformasi ini berjalan. Selama itu pula kita sudah melakukan pergantian kepemimpinan nasional sebanyak empat kali (Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono). Selama itu pula kita belum dapat menghadirkan perubahan dan perbaikan yang berarti, justru kondisi bangsa semakin terpuruk dan bahkan berada pada tepian jurang yang sangat menjermuskan.
Berbagai persoalan bangsa terjadi silih berganti, tak kenal waktu dan tempat diantaranya adalah pertama, masalah nasionalisme dan kemandirian ekonomi bangsa. Para elit dan pemimpin bangsa ini sudah tak malu lagi menjual harga diri dan asset bangsa lain dengan harga murah. Mantan Ketua MPR Amien Rais, menyebut ada sekitar asset bangsa ang berupa 41 BUMN cukup sehat yang telah dan akan dijual ke pihak asing. Beberapa diantaranya adalah Krakatau Stiil, Indosat, telkomsel dan sebagainya. Menggadaikan asset BUMN sama saja dengan menggadaikan bangsa ini. Praktik ini tidak saja akan menghansurkan martabat bangsa juga akan menghancurkan rakyat indonesia.
Kedua, masalah korupsi yang sudah menggurita sedemikian rupa. Sebuah harian nasional beberapa hari lalu merelease, praktik korupsi sudah terjadi dari Sabang sampai Merauke. Begitu juga dengan aktor pelakunya sudah meluasnya dan merata di jajaran pejabat negara ini, baik secara vertikal maupun horizontal. Bahkan sampai masuk institusi-institusi penegak hukum kita. Dengan kata lain, korupsi saat ini sudah tak kenal tempat dan orang. Akibat korupsi ini, negara dan rakyat ini dirugikan ratusan triliun rupiah.
Adapun dampak berantai dari korupsi di antaranya; pertama, rendahnya kualitas pelayanan publik; Kedua, timbulnya ekoniomi biaya tingggi; Ketiga, berkurangnya penerimaan negara; Keempat, runtuhnya lembaga dan nilai-nilai demokrasi; Kelima, membahayakan kelangsungan pembangunan dan supremasi hukum; Keenam, meningkatnya kemiskinan dan kesengsaraan rakyat; Ketujuh, bertambahnya masalah sosial dan kriminal; Kedelapan, Adanya mata rantai antara korupsi dengan bentuk-bentuk lain dari kejahatan, khususnya kejahatan terorganisir dan kejahatan ekonomi. Pendek kata, penyakit korupsi di Indonesia ini dalam kondisi sekarat. Bangsa ini sulit bangkit dan maju karena korupsi yang begitu parah.
Ketiga, masalah kemiskinan. Berdasarkan data BPS 2007, angka kemiskinan nasional kita sudah mencapai 19 persen. Bahkan Wiranto mengutip hitungan Bank Dunia, menyebut angka kemiskinan nasional sudah mencapai angka 40 persen. Ini menyusul kebijakan pemerintah yang tiga kali menaikkan harga BBM. Angka kemiskinan ini berdampingan dengan angka penganghuran yang mencapai 10 persen. Negeri ini kaya, tapi rakyatnya kere.
Keempat, pelayanan Pendidikan yang dinilai masih memprihantikan. Ini yang kemudian menimbulkan biaya pendidikan sangat mahal yang tak mudah diakses rakyat miskin. Selain itu juga, akibat pelayanan kesehatan yang mengecewakan, setiap tahun masyarakat sering kena musibah kesehatan yang akut. Kelima, masalah integrasi bangsa. Masih ini juga menghantui republik ini. Sebagian daerah sudah ada muncul benih-benih sparatisme. Dan munculnya ini tak lepas ketidakadilan sosial, ekonomi dan politik dari pemerintah pusat. Dan masih banyak lagi persoalan nasional lainnya.
Dari berbagai macam persolaan yang muncul tersebut, hemat saya, salah satu akar persoalan bangsa selama ini adalah masalah krisis dan lemahnya kepemimpinan nasional. Masalah ini yang kemudian memunculkan derivasi-derivasi persoalan lainnya.

Yang Muda yang memimpin
Berangkat dari ancaman nasional dan global tersebut. Dalam Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) PKS di Makassar, Presiden Tifatul Sembiring melontarkan gagasan untuk dipikirkan semua elemen bangsa ini, yakni perlunya pemimpin alternatif, yakni calon pemimpin yang berusia muda. Selama ini, para pemimpin “tua” sudah terbukti gagal membawa indonesia keluar dari krisis multidimensional. Apalagi beberapa calon pemimpin “tua” yang beredar dan akan maju dalam Pemilu 2009 nanti adalah orang-orang memiliki “masalah” dengan masa lalu (baca: orde baru). Akan sangat sulit penyelesaian persoalan besar bangsa ini diserahkan kepada orang-orang yang memiliki masalah masa lalu.
Di tengah kehidupan bangsa indonesia yang carut-marut ini, kita membutuhkan orang-orang bersih, peduli dan profesional yang mampu bersikap tegas dalam melakukan perubahan dan perbaikan bangsa ini. Bangsa dan rakyat ini harus kita selamatkan dari keterpurukan yang lebih parah. Kita butuh dan mendambakan hadirnya pemimpin inovatif, kreatif, dan progresif yang berjuang secara konsisten untuk membawa indonesia keluar dari krisis multidimensional. Dan lebih dari itu orang-orang yang memiliki komitmen tinggi dan konsistensi untuk melakukan sesuatu dengan gagasan dan aksi kongkrit untuk kemajuan masyarakat, bangsa dan negara.
Mengapa kita perlu ikut memikirkan muculnya pemimpin atau capres alternatif atau muda.
Pertama, tuntutan global. Bahwa untuk menjawab tuntutan global. Dibutuhkan pemimpin yang memiliki gagasan besar, kreatif, inovatis, dan progresif. dan karakter semacam ini tidak ditemukan pada pemimpin tua, melain kaum muda. Pemimpin tua cenderung konservatif dan ini sangat menghambat kemajuan bangsa.
Kedua, tututan sejarah. kita tahu bahwa negeri ini didirikan oleh founding father, Ir. Soekarno. Dia memproklamirkan republik ini pada usia yang sangat muda yakni sekitar tiga puluhan tahun. Bahkan Ir. Soekarno pernah mengatakan, datangkan kepada saya 10 pemuda, nscaya kita akan mengguncang dunia. Kita bisa tengok kebelakang sejarah bangsa, Muhammad Fatih mampu menaklukkan Constantinopel pada usia sangat muda yakni 22 tahun. Gerakan reformasi 1998 itu juga dimotori oleh kaum muda dan mahasiswa. Dan masih banyak lagi sejarah-sejarah perubahan bangsa dan negara di dunia ini dimotori oleh kaum muda. Dengan kata lan, sejarah peradaban dan perubahan bangsa itu berpihak pada kaum muda.
Ketiga, begitu besar persoalan bangsa ini karena itu kita membutuhkan pemimpin yang tidak saja kuat secara fisik, tapi kuat secara fikiran (visioner), dan juga keyakinan (baca: bersih). Dan semua ini tak bisa diserahkan pada pemimpin tua. Para pemimpin tua dari segi fisik sudah mengalami kerapuhan, cara berfikirnyapun sudah sangat lambat bahkan cenderung konservatif.
Karena itu, sudah saatnya calon pemimpin muda dan alternatif untuk berani muncul dengan gagasan yang segar (fresh), program, dan aksi kongkrit untuk maju dalam pemilu 2009 mendatang. Bangkitlah negeriku, harapan itu masih ada bersama pemimpin muda.

Tidak ada komentar: